Twitter

Twitter
Follow My Twitter

Facebook

Facebook
Gabung Di Page Facebook Kami Untuk Informasi Product

Support

Support
Jangan Sungkan-sungkan Silahkan Call or SMS 022-92302793 / PIN: 23B82A61

Keblinger

Tampilkan postingan dengan label Bikin PIN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bikin PIN. Tampilkan semua postingan

MEMAKNAI SEBUAH TANGISAN

| Selasa, 26 April 2011

Maha Besar Allah dengan segala penciptaannya. Manusia dicipta komplit dengan kemampuan respon, sebagai perwujudan atas tanggapan dari apa yang diterima indera dikolaborasikan dengan hati dan akal. Tahukah anda? Menangis itu merupakan karunia dari Allah, jika anda ingin menangis maka menangislah dan jika anda ingin tertawa maka tertawalah karena Allah yang menjadikan manusia itu bisa menagis dan tertawa. Ini dijelaskan di Quran Surat An Najm ayat 43-45:

“dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan, dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangpasangan pria dan wanita.” (Q.S An Najm[53]: 43-45)

Allah memberikan karunia menangis dan tertawa, jika seseorang mengajak anda tertawa maka andapun dapat tertawa tanpa delay atau jeda. Spontan akan ikut tertawa tanpa jeda.
Subhanallah..

Baik, perhatikan ayat diatas Allah berfirman tentang menangis dan tertawa diayat berikutnya Allah berfirman tentang kehidupan dan kematian. Bisa jadi ketika anda lahir semua orang tertawa bahagia dan ketika anda meninggal, orang-orang disekitar kita akan menangis. Seseorang yang telah mengalami betapa beratnya hidup di dunia, seolah bisa tersenyum ketika meninggal karena terlepas dari segala kepenatan dan ujian Allah SWT. Sebaliknya seseorang yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, akan merasa kaget dan menangis meninggalkan gelimang nikmat di dunia dan menyesal melihat bekal di alam kubur lupa disiapkan. Jadi ibu/bapak kawan-kawan sekalian hidup kita itu hanya ada yaitu diwarnai dengan kebahagiaan dan kesedihan, hanya hidup itu tidak seperti yang kita inginkan akan tetapi seperti yang kita jalani. Selain bahagia dan kesedihan, Allah juga menciptakan manusia yang berpasang-pasangan dan berjodoh. Nah, bisa jadi sebuah pernikahan itu mendatangkan kebahagiaan atau kesedihan. Untuk anda yang belum menikah, jangan berprasangka buruk kepada Allah bisa jadi Allah sangat sayang kepada anda, karena bisa jadi jika menikah saat ini dapat memberikan keburukan atau kesulitan yang lebih untuk hidup anda.

Padahal perahu rumah tangga jika telah dinaiki dan berlayar, pasti akan mengalami ombak baik yang kecil maupun dahsyat. Dan sebagai penumpang kapal wajib selalu focus dan mengarah kepada tujuan akhir. Ayat diatas menjelaskan bahwa pasangan suami istri itu, akan diwarnai dengan kebahagiaan dan tetesan air mata. Ada yang lebih banyak bahagianya dan lebih sedikit sedihnya dan ada juga sebaliknya. Semua ibarat berposisi ketika roda yang berputar Sobat dalam kehidupan manusia, akan terjadi berbagai macam tangisan, yakni :

1. Tangisan kebahagiaan
2. Tangisan kesedihan
3. Tangisan kerinduan
4. Tangisan penyesalan
5. Tangisan kemarahan
6. Tangisan keberkahan

Diantara tangisan-tangisan tersebut, ada beberapa tangisan yang istimewa dimana mampu mendatangkan cinta Allah SWT, apakah itu :
1. Menangis karena khusyu
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.S Al Israa’[17]: 109)
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka,maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Q.S Maryam[19]: 58)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yangmeyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Q.S Al Baqarah[2]: 45-46)

2. Menangis karena merenungkan firman-firman Allah
3. Menangis saat beribadah

Dari Mu’awiyah bin Haidah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orangyang mata mereka tidak akan melihat neraka, yaitu mata yang berjaga di jalan Allah,mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga dari melihat halhalyang diharamkan oleh Allah”. [HR. Thabrani]
Baca selengkapnya »

SEDEKAH YANG AFDHOL

| Senin, 25 April 2011
Mengenai sedekah atau infak yang paling utama, selain kadar keikhlasan, ada beberapa hal yang membuat nilai sedekah semakin tinggi. Tentunya yang dimaksud adalah sedekah harta atau infaq tathawu’.
Pertama dari segi orang yang memberi, khususnya mengenai kondisi dirinya pada saat bersedekah. Sedekah akan bernilai tinggi jika dilakukan ketika pemberi sedekah berada dalam kondisi sangat menginginkan harta dan takut jatuh miskin. Sebab dalam kondisi ini biasanya seseorang akan berat memberikan hartanya. Ia masih berangan akan menggunakan hartanya untuk ini dan itu. Sehingga sedekah dalam kondisi ini akan terasa lebih berat tapi semakin berat pula pahalanya. Dalam sebuah hadits disebutkan,

Dari Abu hurairah radiyallahu ‘anhu  berkata,“Seseorang bertanya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhal?” Beliau menjawab: “Engkau bersedekah ketika masih dalam keadaan sehat lagi loba, sangat ingin menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, baru berpesan :”Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR Bukhari)


Ibnu Bathal menjelaskan, “Karena biasanya, rasa pelit itu muncul pada saat sehat, sehingga sedekah pada saat itu lebih jujur dan lebih besar pahalanya. Berbeda jika seseorang sudah putus asa dari kehidupan dan mulai dapat melihat bahwa hartanya sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.” (Fathul Bariy V/13)

Kedua, dari segi kadar. Semakin banyak yang disedekahkan semakin baik. Hanya saja kadar banyak dan sedikitnya sedekah, ukurannya tidak melulu jumlah nominal tapi lebih pada kemampuan masing-masing. Sehingga yang paling utama adalah yang terbanyak dari prosentase kemampuan finansial setiap orang. Bagi orang kaya, sedekah seratus ribu barangkali tak lebih dari membuang receh. Tapi bagi yang miskin, boleh jadi jumlah itu adalah penghasilan selama seminggu bekerja.



Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Sedekah- satu dirham bisa melampaui 100 ribu dirham.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana bisa?” Rasulullah menjawab, “Seseorang hanya memiliki dua dirham lalu menyedekahkan satu dirham, sedang orang yang lain memiliki harta melimpah lalu mengambil sejumput hartanya senilai 100 ribu dirham, lalu ia bersedekah dengannya. “(HR. an Nasa’i).

Ketiga, dari segi si penerima sedekah. Sedekah paling utama diberikan kepada sanak kerabat dan saudara muslim yang dekat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,

“Sedekah kepada orang miskin itu nilainya satu sedekah, tapi sedekah kepada orang memiliki hubungan kerabat bernilai sedekah sekaligus silaturahim.” (HR. an Nasa’i, dinilai shahih oleh Imam al Albani).

Tentunya hal ini jika tingkat kebutuhannya sama. Adapun jika orang yang tidak memiliki hubungan kerabat jauh lebih membutuhkan, tentunya dialah yang lebih berhak terhadap sedekah tersebut.

Keempat dari segi bentuk. Sedekah terbaik adalah sesuatu yang paling sesuai dengan kebutuhan. Seperti kita tahu, sedekah mencakup makna yang luas. Memberi bantuan uang, merelakan  hutang, tenaga, jasa, perbuatan baik seperti senyum dan sebagainya. Jika yang dibutuhkan adalah bantuan tenaga, kadangkala memberikan uang justru akan dianggap merendahkan atau paling tidak si penerima tidak berkenan. Ada kalanya juga, memberi pinjaman lebih baik dan lebih maslahat daripada memberi secara cuma-cuma. Karena bagi beberapa pemberian cuma-cuma akan menjadikannya berhutang budi hingga terasa berat. Pada intinya, hendaknya kita bisa menyesuaikan sedekah yang ingin kita berikan dengan apa yang dibutuhkan si penerima
Baca selengkapnya »

KOMITMEN DALAM KEHIDUPAN

| Selasa, 19 April 2011

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhary disebutkan bahwa setiap malam ketika Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bangun untuk sholat malam beliau menyampaikan sebuah doa kepada Allah ta’aala yang intinya memohon ampunan Allah ta’aala atas segenap dosa di masa lalu dan yang akan datang. Namun sangat menarik untuk dicatat bahwa doa tersebut diawali dengan rangkaian ungkapan pujian yang mengandung pembaruan komitmen Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kepada Allah ta’aala dan kepada kehidupan akhirat.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَتَهَجَّدُ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَوْ لَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Bila Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam bangun di waktu malam untuk sholat tahajjud beliau mengajukan doa berikut: “Ya Allah, bagimu segala puji, Engkau Penegak langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, Engkau Cahaya langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, milikMu Kerajaan langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, Engkau Cahaya langit dan bumi serta segala isinya. BagiMu segala puji, Engkau Raja langit dan bumi. BagiMu segala puji, Engkaulah Yang Maha Benar, dan janjiMu benar, perjumpaan denganMu benar, firmanMu benar, Surga itu benar, Neraka itu benar, para NabiMu benar, dan Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam benar, Kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepadaMu aku berserah diri dan beriman, kepadaMu aku bertawakkal, kepadaMu aku kembali, kepadaMu aku mengadu, dan kepadaMu aku berhukum. Maka ampunilah dosaku yang lalu dan yang akan datang, yang tersembunyi dan tampak. Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak ada ilah selain Engkau.” (HR Bukhary 1053)

Dari doa di atas jelas terlihat betapa dalamnya perenungan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di tengah malam. Jika setiap muslim melakukan sholat malam diiringi membaca doa di atas, niscaya ingatannya terhadap kehidupan akhirat tentu akan menjadi sangat kuat. Coba perhatikan potongan doa di atas, terutama bagian di bawah ini:

أَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ

”... Engkaulah Yang Maha Benar, dan janjiMu benar, perjumpaan denganMu benar, firmanMu benar, Surga itu benar, Neraka itu benar...”
Subhanallah...!

Kalimat di atas merupakan rangkaian pembaruan ungkapan komitmen, laksana pembaruan bai’at seorang prajurit kepada komandannya. Jika seorang muslim membaca kalimat di atas setiap malam dengan penghayatan penuh tentulah ia akan menjadi seorang hamba Allah ta’aala yang berkeyakinan mantap akan kehidupan setelah kematian. Ia akan menjadi bersemangat mengusahakan segala daya-upaya untuk meraih kenikmatan surga. Demikian pula ia akan menjadi sangat bersungguh-sungguh menghindari azab neraka Allah ta’aala yang amat menakutkan. Ia tidak akan pernah menganggap surga dan neraka sekedar sebagai mitos mengandung hiburan atau ancaman khayali.

Sungguh sangat berbeda sikap dan prilaku seorang ahli dunia dengan ahli akhirat. Seorang ahli dunia sangat berambisi mengejar keberhasilan jangka pendek sehingga justru Allah ta’aala cerai-beraikan urusannya di dunia dan akhirat dan Allah ta’aala jadikan ia selalu dihantui oleh bayang-bayang kefakiran di dalam kehidupan dunia. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ
“Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di hadapan kedua matanya dan Allah tidak memberinya dari harta dunia ini, kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Sebaliknya seorang beriman yang keinginan dan fokusnya sangat kuat akan kebahagiaan akhirat malah Allah ta’aala janjikan untuk menata kehidupan dunianya dengan baik, lalu hatinya senantiasa tenteram di dunia maupun di akhirat kemudian dunia justru bakal mendekati dirinya dengan cara yang samasekali tidak terfikirkan olehnya sama sekali. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Dan barangsiapa yang akhirat menjadi keinginannya, niscaya Allah ta’aala kumpulkan baginya urusannya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Banyak orang memiliki persepsi keliru mengenai kematian begitu pula mengenai kiamat. Mereka sangka bila seseorang sering mengingat kematian atau kiamat maka hal ini akan menjadikan dirinya kontra-produktif dan pasif tidak berbuat apapun kecuali duduk di masjid berdzikir menanti datangnya kematian atau kiamat. Padahal para sahabat radhiyallahu ’anhum merupakan orang-orang yang paling hebat dzikrul-mautnya serta paling hebat mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat, namun mereka tidak tertandingi dalam hal beribadah, disiplin sholat berjamaah lima waktu di masjid, sholat malam, berdzikir, berinfaq, berbuat aneka kebaikan bahkan berjihad fi sabilillah.

Sementara kebanyakan manusia di zaman penuh fitnah ini sudahlah mereka sangat lemah dalam mengingat kematian serta mewaspadai tanda-tanda akhir zaman, kemudian tidak juga berarti mereka menjadi orang-orang yang rajin beribadah, melakukan berbagai jenis amal sholeh apalagi berfikir serta terlibat dalam aktifitas penuh resiko yakni al-jihad fi sabilillah, bahkan sekurangnya berinfaq untuk perjuangan para mujahidin.

Sesungguhnya di antara hal yang membuat jiwa melantur dan mendorongnya kepada berbagai pertarungan yang merugikan dan syahwat yang tercela adalah panjang angan-angan dan lupa akan kematian. Oleh karena itu di antara hal yang dapat mengobati jiwa adalah mengingat kematian yang notabene merupakan konsekuensi dari kesadaran akan keniscayaan keputusan Ilahi, dan pendek angan-angan yang merupakan dampak dari mengingat kematian. Janganlah ada yang menyangka bahwa pendek angan-angan akan menghambat pemakmuran dunia. Persoalannya tidak demikian, bahkan memakmurkan dunia disertai pendek angan-angan justeru akan lebih dekat kepada ibadah, jika bukan ibadah yang murni.

Rasulullah saw bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ

“Orang yang cerdas ialah orang yang mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian.” (HR Tirmidzi)

Persiapan untuk menghadapi sesuatu tidak akan terwujud kecuali dengan selalu mengingatnya di dalam hati, sedangkan untuk selalu mengingat di dalam hati tidak akan terwujud kecuali dengan selalu mendangarkan hal-hal yang mengingatkannya dan memperhatikan peringatan-peringatannya sehingga hal itu menjadi dorongan untuk mempersiapkan diri. Kepergian untuk menyambut kehidupan setelah kematian telah dekat masanya sementara umur yang tersisa sangat sedikit dan manusiapun melalaikannya.

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS Al-Anbiya 1)
Baca selengkapnya »

KEUTAMAAN MENGHINDARI MAKSIAT

|

Setiap hari kita tenggelam dalam kenikmatan yang dilimpahkan oleh Ar-Rahman. Nikmat kesehatan, keamanan, ketenangan, rizki berupa makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Belum lagi nikmat iman bagi ahlul iman. Sungguh, dalam setiap tarikan napas, ada nikmat yang tak terhingga. Dari mulai tidur, bangun dari tidur hingga tidur kembali, ada nikmat yang tiada terkira. Maka Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika berulang-ulang menegaskan dalam surat Ar-Rahman:
فَبِأَيِّ آلاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua (bangsa jin dan manusia) dustakan?”
Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berlimpah ini semestinya dihadapi dengan penuh rasa syukur. Namun sangat disesali, hanya sedikit dari para hamba yang mau bersyukur:
َوَقَلِيْلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang mau bersyukur.” (Saba’: 13)
Kebanyakan dari mereka mengkufuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atau malah mempergunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat dan berbuat dosa kepada Ar-Rahman. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada mereka banyak kebaikan namun mereka membalasnya dengan kejelekan.

Demikianlah keadaan anak manusia, setiap harinya selalu berbuat dosa. Kita pun tak luput dari berbuat dosa, baik karena tergelincir ataupun sengaja memperturutkan hawa nafsu dan bisikan setan yang selalu menggoda. Amat buruklah keadaan kita bila tidak segera bertaubat dari dosa-dosa yang ada dan menutupinya dengan berbuat kebaikan. Karena perbuatan dosa itu memiliki pengaruh yang sangat jelek bagi hati dan tubuh seseorang, di dunianya ini maupun di akhiratnya kelak.

Al-Imam Al-’Allamah Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu menyebutkan secara panjang lebar dampak negatif dari dosa. Beberapa di antaranya bisa kita sebutkan di sini sebagai peringatan:

1. Terhalang dari ilmu yang haq. Karena ilmu merupakan cahaya yang dilemparkan ke dalam hati, sementara maksiat akan memadamkan cahaya.

Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu belajar kepada Al-Imam Malik rahimahullahu, Al-Imam Malik terkagum-kagum dengan kecerdasan dan kesempurnaan pemahaman Asy-Syafi’i. Al-Imam Malik pun berpesan pada muridnya ini, “Aku memandang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memasukkan cahaya ilmu di hatimu. Maka janganlah engkau padamkan cahaya tersebut dengan kegelapan maksiat.”

Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu pernah bersajak:
شَكَوْتُ إِلَى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِي
فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي
وَقَالَ اعْلَمْ بِأَنَّ الْعِلْمَ فَضْلٌ
وَ فَضْلُ اللهِ لاَ يُؤْتاَهُ عَاصِ
“Aku mengeluhkan jeleknya hafalanku kepada Waki’
Maka ia memberi bimbingan kepadaku agar meninggalkan maksiat
Ia berkata, “Ketahuilah ilmu itu merupakan keutamaan
dan keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.” 1
2. Terhalang dari beroleh rizki dan urusannya dipersulit.
Takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendatangkan rizki dan memudahkan urusan seorang hamba sebagaimana firman-Nya:
وَ مَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan bagi orang tersebut jalan keluar (dari permasalahannya) dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq: 2-3)
وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (Ath-Thalaq: 4)
Meninggalkan takwa berarti akan mendatangkan kefakiran dan membuat si hamba terbelit urusannya.
3. Hati terasa jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan merasa asing dengan-Nya, sebagaimana jauhnya pelaku maksiat dari orang-orang baik dan dekatnya dia dengan setan.

4. Menggelapkan hati si hamba sebagaimana gelapnya malam. Karena ketaatan adalah cahaya, sedangkan maksiat adalah kegelapan.
Bila kegelapan itu bertambah di dalam hati, akan bertambah pula kebingungan si hamba. Hingga ia jatuh ke dalam bid’ah, kesesatan, dan perkara yang membinasakan tanpa ia sadari. Sebagaimana orang buta yang keluar sendirian di malam yang gelap dengan berjalan kaki.
Bila kegelapan itu semakin pekat akan tampaklah tandanya di mata si hamba. Terus demikian, hingga tampak di wajahnya yang menghitam yang terlihat oleh semua orang.

5. Maksiat akan melemahkan hati dan tubuh, karena kekuatan seorang mukmin itu bersumber dari hatinya. Semakin kuat hatinya semakin kuat tubuhnya. Adapun orang fajir/pendosa, sekalipun badannya tampak kuat, namun sebenarnya ia selemah-lemah manusia.

6. Maksiat akan ‘memperpendek‘ umur dan menghilangkan keberkahannya, sementara perbuatan baik akan menambah umur dan keberkahannya.
Mengapa demikian? Karena kehidupan yang hakiki dari seorang hamba diperoleh bila hatinya hidup. Sementara, orang yang hatinya mati walaupun masih berjalan di muka bumi, hakikatnya ia telah mati. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan orang kafir adalah mayat dalam keadaan mereka masih berkeliaran di muka bumi:
أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ
“Mereka itu adalah orang-orang mati yang tidak hidup.” (An-Nahl: 21)
Dengan demikian, kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati. Sedangkan umur manusia adalah hitungan kehidupannya. Berarti, umurnya tidak lain adalah waktu-waktu kehidupannya yang dijalani karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, menghadap kepada-Nya, mencintai-Nya, mengingat-Nya, dan mencari keridhaan-Nya. Di luar itu, tidaklah terhitung sebagai umurnya.
Bila seorang hamba berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyibukkan diri dengan maksiat, berarti hilanglah hari-hari kehidupannya yang hakiki. Di mana suatu hari nanti akan jadi penyesalan baginya:
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Aduhai kiranya dahulu aku mengerjakan amal shalih untuk hidupku ini.” (Al-Fajr: 24)
7. Satu maksiat akan mengundang maksiat lainnya, sehingga terasa berat bagi si hamba untuk meninggalkan kemaksiatan.
Sebagaimana ucapan sebagian salaf:
“Termasuk hukuman perbuatan jelek adalah pelakunya akan jatuh ke dalam kejelekan yang lain. Dan termasuk balasan kebaikan adalah kebaikan yang lain. Seorang hamba bila berbuat satu kebaikan maka kebaikan yang lain akan berkata, ‘Lakukan pula aku.’ Bila si hamba melakukan kebaikan yang kedua tersebut, maka kebaikan ketiga akan berucap yang sama. Demikian seterusnya. Hingga menjadi berlipatgandalah keuntungannya, kian bertambahlah kebaikannya. Demikian pula kejelekan….”

8. Maksiat akan melemahkan hati dan secara perlahan akan melemahkan keinginan seorang hamba untuk bertaubat dari maksiat, hingga pada akhirnya keinginan taubat tersebut hilang sama sekali.

9. Orang yang sering berbuat dosa dan maksiat, hatinya tidak lagi merasakan jeleknya perbuatan dosa. Malah berbuat dosa telah menjadi kebiasaan.
Dia tidak lagi peduli dengan pandangan manusia dan acuh dengan ucapan mereka. Bahkan ia bangga dengan maksiat yang dilakukannya.
Bila sudah seperti ini model seorang hamba, ia tidak akan dimaafkan, sebagaimana berita dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِيْنَ، وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَََّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ فيَقُوْلُ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا. وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ
“Setiap umatku akan dimaafkan kesalahan/dosanya kecuali orang-orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan. Dan termasuk berbuat dosa dengan terang-terangan adalah seseorang melakukan suatu dosa di waktu malam dan Allah menutup perbuatan jelek yang dilakukannya tersebut2 namun di pagi harinya ia berkata pada orang lain, “Wahai Fulan, tadi malam aku telah melakukan perbuatan ini dan itu.” Padahal ia telah bermalam dalam keadaan Rabbnya menutupi kejelekan yang diperbuatnya. Namun ia berpagi hari menyingkap sendiri tutupan (tabir) Allah yang menutupi dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dan Muslim no. 7410)
10. Setiap maksiat yang dilakukan di muka bumi ini merupakan warisan dari umat terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perbuatan homoseksual adalah warisan kaum Luth.
Mengambil hak sendiri lebih dari yang semestinya dan memberi hak orang lain dengan menguranginya, adalah warisan kaum Syu’aib.
Berlaku sombong di muka bumi dan membuat kerusakan adalah warisan dari kaum Fir’aun.
Sombong dan tinggi hati adalah warisan kaum Hud.

11. Maksiat merupakan sebab dihinakannya seorang hamba oleh Rabbnya.
Bila Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menghinakan seorang hamba maka tak ada seorang pun yang akan memuliakannya.
وَمَنْ يُهِنِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ
“Siapa yang dihinakan Allah niscaya tak ada seorang pun yang akan memuliakannya.” (Al-Hajj: 18)
Walaupun mungkin secara zhahir manusia menghormatinya karena kebutuhan mereka terhadapnya atau mereka takut dari kejelekannya, namun di hati manusia ia dianggap sebagai sesuatu yang paling rendah dan hina.

12. Bila seorang hamba terus menerus berbuat dosa, pada akhirnya ia akan meremehkan dosa tersebut dan menganggapnya kecil. Ini merupakan tanda kebinasaan seorang hamba.
Karena bila suatu dosa dianggap kecil maka akan semakin besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya (no. 6308) menyebutkan ucapan sahabat yang mulia Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا
“Seorang mukmin memandang dosa-dosanya seakan-akan ia duduk di bawah sebuah gunung yang ditakutkan akan jatuh menimpanya. Sementara seorang fajir/pendosa memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di atas hidungnya, ia cukup mengibaskan tangan untuk mengusir lalat tersebut.”
13. Maksiat akan merusak akal. Karena akal memiliki cahaya, sementara maksiat pasti akan memadamkan cahaya akal.
Bila cahayanya telah padam, akal menjadi lemah dan kurang.
Sebagian salaf berkata: “Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga hilang akalnya.”
Hal ini jelas sekali, karena orang yang hadir akalnya tentunya akan menghalangi dirinya dari berbuat maksiat. Ia sadar sedang berada dalam pengawasan-Nya, di bawah kekuasaan-Nya, ia berada di bumi Allah Subhanahu wa Ta’ala, di bawah langit-Nya dan para malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala menyaksikan perbuatannya.

14. Bila dosa telah menumpuk, hatipun akan tertutup dan mati, hingga ia termasuk orang-orang yang lalai. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifin: 14)
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata menafsirkan ayat di atas: “Itu adalah dosa di atas dosa (bertumpuk-tumpuk) hingga mati hatinya.”3

15. Bila si pelaku dosa enggan untuk bertaubat dari dosanya, ia akan terhalang dari mendapatkan doa para malaikat. Karena malaikat hanya mendoakan orang-orang yang beriman, yang suka bertaubat, yang selalu mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيْلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ. رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ. وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
“Malaikat-malaikat yang memikul Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabb mereka dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, seraya berucap, ‘Wahai Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Wahai Rabb kami, masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang shalih di antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semuanya. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha memiliki hikmah. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Orang-orang yang Engkau pelihara dari pembalasan kejahatan pada hari itu maka sungguh telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar’.” (Ghafir: 7-9)
Demikian beberapa pengaruh negatif dari perbuatan dosa dan maksiat yang kami ringkaskan dari kitab Ad-Da`u wad Dawa`, karya Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu hal. 85-99. Semoga dapat menjadi peringatan.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Baca selengkapnya »

HAKIKAT SEBUAH KECANTIKAN

|

Janganlah kalian melihat wanita dari sisi kecantikannya saja.
Karena kecantikan bukanlah segala-galanya. Betapa banyak
dibalik kecantikannya, ternyata dia wanita yang lancang lidahnya,
suka menyebarkan rahasia dan rambut suaminya cepat beruban
karena tingkah lakunya.

Kalau telah menikah dengannya dan punya anak, dia khawatir
mereka akan disia-siakan kalau menceraikannya. Terkadang dia
tidak perduli terhadap semua itu, maka dia ceraikan istrinya
demi ketenangan dirinya walaupun yang lainnya tersia-sia.

Lalu apakah yang akan dipetik dari kecantikan seperti ini,..?

Kemudian yang namanya kecantikan adalah relatif;
berbeda-beda menurut pandangan manusia. Seorang wanita
yang cantik menurut sebagian orang, tidaklah demikian menurut
sebagian yang lainnya. Begitu pula sebaliknya.

Betapa banyak wanita yang dibuat cantik oleh akhlaknya,
kemuliaan leluhurnya, agamanya dan kasih sayangnya
terhadap suami. Maka wanita tersebut di sisi suaminya
lebih mahal dari pada dunia.

Betapa banyak lelaki yang mencintai seorang wanita
yang tidak begitu cantik, tetapi menurutnya, dia merupakan
wanita yang paling cantik.

Dikisahkan dari Isma’il bin Jami’ bahwa dia menikah dengan
perempuan hitam bernama Maryam, bekas budak milik suatu kaum.
Setelah dia memiliki kedudukan yang dekat dengan Khalifah Ar-Rasyid,
dia merasa rindu dengan si hitam tersebut-padahal dia dalam keadaan safar.

Maka dia pun berkata menyebut-nyebutnya, menyebutkan tempat
mencumbuinya dan tempat keduanya berkumpul padanya,

Apakah malamku di Qafaa Al Hasshah akan kembali
Di kubah yang penuh dengan lampu dan cahaya
Asap pedupaan terus membumbung dengan kayu gaharu
Laksana membumbungnya gelombang angin topan

Bau misik berhembus kepada kami melalui celah-celah baju tipisnya
Batang ‘Anbar semerbk bunga mawar di atas api bakarnya
Maryam berada di atas baju-baju yang halus
berkali-kali bernyanyi diiringi kecapi



Maka berkatalah Khalifah Ar-Rasyid -dan dia mendengar dendang
sya’irnya, “Celaka kamu, siapakah Maryammu yang kamu sifati
seperti bidadari?!!” Dia manjawab, “Istriku.” Lalu dia pun menyifatinya
dengan perkataan yang melebihi apa yang disifatkan dalam sya’irnya.

Maka Khalifah Ar-Rasyid mengirim utusan ke Hijaz, lalu
dibawalah wanita tersebut. Ternyata dia adalah wanita
hitam, tidak jelas bicaranya dan memiliki bibir sangat tebal.

Maka Ar-Rasyid berkata kepadanya, “Celaka kamu, inikah
Maryam yang penyebutannya melebihi dunia?” Dia menjawab
“Wahai tuanku, sesungguhnya ‘Umar bin Abi Rabi’ah berkata,

Mereka mentertawakan padahal mereka telah berkata padanya
Akan terlihat baik pada setiap mata yang dia cinta

Seorang anak muda mencintai wanita yang sudah tua,
kenapa hal ini terjadi? Maka dia berkata,

Aku telah mencintai wanita yang telah beruban dan besar anaknya
Manusia memiliki pendapat berbeda pada apa yang dicinta

Kenapa seorang wanita meninggalkan lelaki yang tampan,
cintanya diberikan kepada kepada seorang yang jelek?
Maka dia menjawab, “Selera tidak bisa memilih-milih.”
Kemudian bersenandung,

Jangan kau cela orang yang cinta karena seleranya
Setiap orang yang diperhamba akan dibebani oleh tuannya
Dia sangka kekasihnya tampan dan gagah
Walau sang kekasih dari bangsa kera

Yang lainpun berkata,

Aku tergila-gila karena cinta kepada seorang yang hitam hingga
Karena cinta padanya, kepada anjing hitam aku tergila-gila

Ketampanan dan kecantikan adalah perkara yang relatif.
Dan kami tidak menganggapnya sebagai perkara yang
ideal. Kami (tidak) mengatakan bahwa hal itu tidak
perlu, tapi yang kami maksud adalah bahwa hal itu
bukanlah segalanya.

Dan apa yang dikatakan kepada kaum lelaki tentang
hal ini, dikatakan pula kepada kaum wanita.
Bahwa ketampanan seseorang adalah terletak
pada akhlak dan baiknya dia dalam bergaul.
Baca selengkapnya »

ILMU DAN KEYAKINAN KEPADA ALLAH SWT

|
Siapa kira si-Heryawan dapat meraih kesuksesannya perlahan demi perlahan. MEnghadapi ujian dengan sabar-sesabarnya. Hingga pada satu titik dimana orang disekitarnya yang begitu memperhatikannya mengatakan, “nih Heryawan dah harus dibantu.” Tapi lantaran ilmunya yang melebihi teman-temannya ia berpendapat bahwa meminta sepantasnya hanya Allah SWT. Yang Maha Pemberi Rizki sang Maha Pemberi unuk hambanya yang meminta hanya kepada-Nya. Gawatnya, kalau teman-teman sekitarnya dah bilang harus ditolong nih manusia yang namanya Heryawan, tetapi yang bikin gemes si Heryawan masih aja suka infaq. Dia patokin minimal sehari 2000 untuk infaq. “Gile bener nih orang, untuk makan aja Cuma kuat untuk satu hari, masih aja infaq,” kata Joni pas di warung kopi saat kongkow.

Tahajud, Subuh berjamaah di shof terdepan, Dhuha 4 rakaat, Zuhur berjamaah di shof terdepan, Ashar berjamaah juga sampai Isya gak pernah ditinggalin. Terus heryawan patokin waktu infaq terbaik adalah setelah Dhuha, kalau lagi dirumah dia jalan kaki muterin komplek nyari tukang minta-minta untuk diberikan jatah infaq setiap harinya 2000,-. Memang semenjak di pecat 3 bulan lalu si Heryawan sabar banget menunggu panggilan kerja. Kalau teman-teman lainnya pada demo minta pesangon sama bosnya yang entah dah lari kemana, si Heryawan mah malah tambah cinta sama Allah SWT. “Cuma Allah saja tempat meminta”, katanya pas diajak demo sama teman-temannya. “iiiiih sebel gak sih loh sama nih orang,” si Slamet ngedumel sambil bergabung sama teman-temannya untuk Demo.
Sementara teman-temannya menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk mendemo uang pesangon. Dan gak ada habisnya tuh urusan. Si Heryawan terus istiqomah, walaupun keadannya mengenaskan tetap saja dia kekeh Cuma Allah saja tempat meminta.

Di hari ke-90 dia istiqomah sama komitmennya. Ternyata sudah sebulan ada orang di balik mobil sedan mewah hitam melihat gerak-gerik si Heryawan. Orang di balik mobil itu gak habis piker ada pemuda yang bisa kayak begitu. Suatu hari di hari ke-30, orang dibalik mobil itu membuat scenario untuk menguji nih pemuda. Tanpa di duga Heryawan di berikan tas sama lelaki berkacamata hitam baju hitam, celana hitam, sepatu hitam, kulit hitam, syukur giginya gak hitam kata Heryawan dalam hatinya. “Nih untuk keperluan kamu sehari-hari”, kata orang serba hitam yang kemudian hilang di ujung jalan.



“Apaan nih tas isinya, kok tuh orang kasih tas gitu aja ya. Jangan-jangan Ular kobra lagi eh salah NArkoba”, kata Heryawan. KArena penasaran dia langsung buka tuh Tas. Dan MasyaAllah tuh tas tahu gak apa isinya. Merah semua, bro. ya Merah Semua Sist. UAng gepokan seratusan ribuan semuanya. Bisa kebayang kan berapa isinya. Uang gepokan, seratusan ribu, di tas hitam isi 50 liter. Hatinya langsung dag-dig dug si Heryawan. Innalillahi Wa innalillahi Rojiun. Apa ini rezeki aye ya. Ah masa sih. Aye gak kerja kok tapi dapet uang sebanyak ini. Kebayang juga di benak Heryawan apakah karena aye rajin infaq ya. Gak-gak ini bukan han aye, katanya. Ini pasti cobaan dari Allah SWT.

Dalam hatinya bergulat dengan nafsunya. Lantaran ilmunya mumpuni nih Heryawan akhirnya memutuskan untuk menginfaqkan tuh uang ke Masjid yang lagi dibangun. Alhamdulillah lega, HEryawan bersyukur tak di beratkan dengan urusan uang yang banyak tadi.

Tanpa disadari si Heryawan di ikuti orang didalam mobil sedan mewah yang member Tas tadi. Matanya berbinar tambah terang menerangi wajahnya. Dan reflek bibirnya berucap kepada ayahnya yang diajak untuk menyaksikan scenario putrinya itu. Bibirnya benar-benar tergerak meminta, “Abi, ana mau menikah dengan pemuda itu,” air mata mengalir sebentar kemudian.

TAk lama si Heryawan telah memimpin Lima perusahaan jual beli dinar emas di 5 negara. Bersama istrinya yang cantik dan sholeh. Dan tak ada yang berubah dari Heryawan karena saban selasai Dhuha yang kini bertambah menjadi 12 rakaat ia berjalan kaki mencari tempat untuk infaq. Dan tak tanggung-tanggung ia berkomitmen berinfaq 1 juta per Harinya. Subhanallah. LAntaran ilmu si Heryawan menjadi begitu komitmen. Tak pernah meminta bagaimanapun kondisinya kecuali minta sama Sang Maha Pemberi Allah SWT.
Baca selengkapnya »

Raja Zalim dan Raja Bijaksana

|

Rasulullah SAW pada suatu waktu pernah berkisah. Pada zaman sebelum kalian, pernah ada seorang raja yang amat dzalim.Hampir setiap orang pernah merasakan kezalimannya itu. Pada suatu ketika, raja zalim ini tertimpa penyakit yang sangat berat. Maka seluruh tabib yang ada pada kerajaan itu dikumpulkan. Dibawah ancaman pedang, mereka disuruh untuk menyembuhkannya. Namun sayangnya tidak ada satu tabib pun yang mampu menyembuhkannya.Hingga akhirnya ada seorang Rahib yang mengatakan bahwa penyakit sang raja itu hanya dapat disembuhkan dengan memakan sejenis ikan tertentu, yang sayangnya saat ini bukanlah musimnya ikan itu muncul ke permukaan.

Betapa gembiranya raja mendengar kabar ini. Meskipun raja menyadari bahwa saat ini bukanlah musim ikan itu muncul kepermukaan namun disuruhnya juga semua orang untuk mencari ikan itu. Aneh bin ajaib…. walaupun belum musimnya, ternyata ikan itu sangatlah mudah ditemukan. Sehingga akhirnya sembuhlah raja itu dari penyakitnya.

Di lain waktu dan tempat, ada seorang raja yang amat terkenal kebijakannya. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Pada suatu ketika, raja yang bijaksana itu jatuh sakit. Dan ternyata kesimpulan para tabib sama, yaitu obatnya adalah sejenis ikan tertentu yang saat ini sangat banyak terdapat di permukaan laut. Karena itu mereka sangat optimis rajanya akan segera pulih kembali.

Tapi apa yang terjadi? Ikan yang seharusnya banyak dijumpai di permukaan laut itu, tidak ada satu pun yang nampak..! Walaupun pihak kerajaan telah mengirimkan para ahli selamnya, tetap saja ikan itu tidak berhasil diketemukan. Sehingga akhirnya raja yang bijaksana itu pun Meninggal Dunia…

Dikisahkan para malaikat pun kebingungan dengan kejadian itu. Akhirnya mereka menghadap Tuhan dan bertanya, “Ya Tuhan kami, apa sebabnya Engkau menggiring ikan-ikan itu ke permukaan sehingga raja yang zalim itu selamat;sementara pada waktu raja yang bijaksana itu sakit, Engkau menyembunyikan ikan-ikan itu ke dasar laut sehingga akhirnya raja yang baik itu meninggal?”Tuhan pun berfirman, “Wahai para malaikat-Ku, sesungguhnya raja yang zalim itu pernah berbuat suatu kebaikan. Karena itu Aku balas kebaikannya itu, sehingga pada waktu dia datang menghadap-Ku, tidak ada lagi kebaikan sedikitpun yang dibawanya. Dan Aku akan tempatkan ia pada neraka yang paling bawah !Sementara raja yang baik itu pernah berbuat salah kepada-Ku, karena itu Aku hukum dia dengan menyembunyikan ikan-ikan itu, sehingga nanti dia akan datang menghadap-Ku dengan seluruh kebaikannya tanpa ada sedikit pun dosa padanya, karena hukuman atas dosanya telah Kutunaikan seluruhnya di dunia!”

Semoga Bermanfaat…
Baca selengkapnya »

MEMAKNAI SEBUAH TANGISAN

|

Maha Besar Allah dengan segala penciptaannya. Manusia dicipta komplit dengan kemampuan respon, sebagai perwujudan atas tanggapan dari apa yang diterima indera dikolaborasikan dengan hati dan akal. Tahukah anda? Menangis itu merupakan karunia dari Allah, jika anda ingin menangis maka menangislah dan jika anda ingin tertawa maka tertawalah karena Allah yang menjadikan manusia itu bisa menagis dan tertawa. Ini dijelaskan di Quran Surat An Najm ayat 43-45:

“dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan, dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasangpasangan pria dan wanita.” (Q.S An Najm[53]: 43-45)

Allah memberikan karunia menangis dan tertawa, jika seseorang mengajak anda tertawa maka andapun dapat tertawa tanpa delay atau jeda. Spontan akan ikut tertawa tanpa jeda.

Subhanallah..
Baik, perhatikan ayat diatas Allah berfirman tentang menangis dan tertawa diayat berikutnya Allah berfirman tentang kehidupan dan kematian. Bisa jadi ketika anda lahir semua orang tertawa bahagia dan ketika anda meninggal, orang-orang disekitar kita akan menangis. Seseorang yang telah mengalami betapa beratnya hidup di dunia, seolah bisa tersenyum ketika meninggal karena terlepas dari segala kepenatan dan ujian Allah SWT. Sebaliknya seseorang yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhir, akan merasa kaget dan menangis meninggalkan gelimang nikmat di dunia dan menyesal melihat bekal di alam kubur lupa disiapkan. Jadi ibu/bapak kawan-kawan sekalian hidup kita itu hanya ada yaitu diwarnai dengan kebahagiaan dan kesedihan, hanya hidup itu tidak seperti yang kita inginkan akan tetapi seperti yang kita jalani. Selain bahagia dan kesedihan, Allah juga menciptakan manusia yang berpasang-pasangan dan berjodoh. Nah, bisa jadi sebuah pernikahan itu mendatangkan kebahagiaan atau kesedihan. Untuk anda yang belum menikah, jangan berprasangka buruk kepada Allah bisa jadi Allah sangat sayang kepada anda, karena bisa jadi jika menikah saat ini dapat memberikan keburukan atau kesulitan yang lebih untuk hidup anda.

Padahal perahu rumah tangga jika telah dinaiki dan berlayar, pasti akan mengalami ombak baik yang kecil maupun dahsyat. Dan sebagai penumpang kapal wajib selalu focus dan mengarah kepada tujuan akhir. Ayat diatas menjelaskan bahwa pasangan suami istri itu, akan diwarnai dengan kebahagiaan dan tetesan air mata. Ada yang lebih banyak bahagianya dan lebih sedikit sedihnya dan ada juga sebaliknya. Semua ibarat berposisi ketika roda yang berputar Sobat dalam kehidupan manusia, akan terjadi berbagai macam tangisan, yakni :

1. Tangisan kebahagiaan
2. Tangisan kesedihan
3. Tangisan kerinduan
4. Tangisan penyesalan
5. Tangisan kemarahan
6. Tangisan keberkahan

Diantara tangisan-tangisan tersebut, ada beberapa tangisan yang istimewa dimana mampu mendatangkan cinta Allah SWT, apakah itu :

1. Menangis karena khusyu
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.” (Q.S Al Israa’[17]: 109)
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka,maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (Q.S Maryam[19]: 58)

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yangmeyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Q.S Al Baqarah[2]: 45-46)

2. Menangis karena merenungkan firman-firman Allah

3. Menangis saat beribadah
Dari Mu’awiyah bin Haidah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga orangyang mata mereka tidak akan melihat neraka, yaitu mata yang berjaga di jalan Allah,mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang terjaga dari melihat halhalyang diharamkan oleh Allah”. [HR. Thabrani]
Baca selengkapnya »

Asal-usul kumandang Adzan

|

Riwayat : Anas r.a; Abu Dawud; Al Bukhari)
Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat dmusnahkan. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.
Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya.
Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama` ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian
pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya.
Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.
Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orangorang biasanya berkumpul dimasjid masing -masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama `ah dimulai.
Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk sholat tepat pada waktunya tiba. Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng.
Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang timbul.
Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain. Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid
r.a meriwayatkan sbb :
"Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu.
Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ? Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat." Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?" Dan aku menjawab " Ya !" Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang , " Allahu Akbar,Allahu Akbar.."
Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.
(Tulisan diambil dari Al-Islam Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia)
Baca selengkapnya »
 

Copyright © 2010 Master PIN | Design by Dzignine